Saturday, July 21, 2012

Mengejar Sinar Surga di Goa Jomblang



Keder sekaligus tertantang. Seperti itulah yang saya rasakan ketika melihat bibir gua Jomblang yang menggangga di tengah hutan jati. Goa ini merupakan salah 1 dari ratusan goa vertikal yang berada di perbukitan karts Gunung Kidul. Di Gunung Kidul sendiri setidaknya tercatat sekitar 400 goa vertikal. Selebihnya adalah goa horizontal dan goa-goa yang belum terjamah. Tak mengherankan jika goa – goa di Wonosari ini menjadi primadona untuk para caver, pecinta goa, di Indonesia. Dan Goa Jomblang ini salah satu yang menjadi maskot goa vertikal di Gunung Kidul.

Begitu siap dengan peralatan caving seperti harness, chest harness, croll, footloop, jammer, carabiner dan beberapa SRT set lainnya, saya pun langsung mengikuti instruksi Mas Iqbal, sang operator. Sebelumnya saya sempat di tawari untuk turun dengan di katrol atau manual. Karena penasaran, saya memilih untuk turun di kelas VIP atau dengan cara manual, tanpa bantuan operator. Jalur ini harus menuruni dinding goa dengan ketinggian 20 meter. Sayangnya, cuaca siang itu tak bersahabat rupa. Saya dan beberapa teman yang sudah sangat antusias untuk menguji nyali menuruni goa itu ternyata harus meredamnya karena hujan mengguyur tanah Jomblang Resort. Demi keselamatan, Mas Iqbal pun menyarankan saya untuk turun dengan di katrol di dinding goa yang mempunyai kedalaman 60 meter. Ya, untuk turun ke Goa ini memang ada 2 jalur. Jalur VIP dengan manual dropping down di kedalaman 20 meter, atau di kedalaman 60 meter dengan bantuan katrol dari operator.

Begitu kaki terlepas dari bibir goa, tubuh serasa di hempaskan ke udara bebas. Pemandangan hijau dan subur seketika menjadi suguhan tersendiri dalam perjalanan menuruni Goa. Perasaan ngeri seketika hilang meski sesekali tubuh saya harus bersinggungan dengan pohon-pohon karena memang goa ini lumayan tertutup pepohonan. Tidak sampai 10 menit saya sudah menginjakkan kaki di hutan purba Jomblang. Saya sempat heran ketika melihat hutan yang menurut cerita terjadi karena reruntuhan bibir gua yang kemudian mengendap di dalam sumur goa. Hijau dan segar. Sangat berbeda dengan hutan jati yang ada di atas tadi. Kering dan tandus.

Selesai menggagumi hutan purba, saya langsung memasuki pintu goa yang berada sekitar 50 meter dari titik dimana saya turun tadi. Karena derasnya hujan, tangga alami yang di buat untuk membantu pengunjung untuk sampai ke mulut goa pun tak hayal berubah menjadi seperti perosotan. Licin dan berlumpur.

Suasana gelap dan lembab sudah menyambut. dengan bantuan senter, saya memasuki goa ini melewati batu-batu yang disusun rapi sepanjang lorong. Tidak terlalu lama saya berjalan, sekitar 300 meter,  sebuah sinar menerobos diantara dinding goa. suara gemuruh dan angin kencang langsung saja menyambut dan mengantar langkah saya hingga sampai ke Goa Grubuk. Cantik sekaligus horror. Ya, 2 kata itu memang tak bisa di pisahkan untuk menggambarkan Goa  vertikal dengan kedalaman 90 meter ini. menurut cerita operator, goa ini dulunya di pakai untuk membuang mayat para korban PKI pada tahun 196-an. Ada sekitar 4000 nyawa melayang di goa ini. saya sendiri sempat merinding membayangkan berdiri diantara mayat-mayat para korban PKI. Tapi kecantikan goa grubuk tak bisa menahan saya untuk menggambil beberapa angle foto.

Untuk datang ke Goa ini, waktu yang paling pas adalah sekitar pukul 10.00 – 13.00. pada jam-jam tersebut, jika cuaca cerah, kita akan mendapatkan Sinar Surga atau Ray of Light yang sempurna.

“saya selalu terpukau ketika masuk kee Goa Grubuk. seperti berada di dunia lain. Ketika keluar dari dalam goa pun saya seperti tidak percaya kalau tadi saya melihat keindahan yang sempurna, seperti di surga…” ungkap salah seorang operator.

Saya bisa membayangkan keindahan ROL goa Grubuk yang sering di jadikan incaran para fotografer itu. Karena saat saya masih menikmati sisa keindahan ROL di goa Grubuk padahal saat itu hujan deras dan jam sudah menunjukkan pukul 14.00. cantik sekali memang!!! Tak mengherankan karena kecantikan dan keunikan Goa Jomblang dipilih untuk menjadi tempat shooting reality television game show Amazing RaceAmerika tahun lalu.

Ray of Light yang meski tak sempurna tapi tetap cantik
Kawasan Goa Jomblang ini dulunya merupakan kawasan penambangan liar batu putih dan juga penebangan pohon oleh warga setempat. Tapi di tangan seorang Cahyo Alkantana, Kawasan ini lantas di sulap menjadi kawasan wisata gunung kidul dengan konsep ekoturisme.

“ini di sebut Ray of Light jadi banyak yang bilang ini adalah sinar surga. Jadi tidak perlu mati dulu untuk melihat surga karena di gua ini pun kita bisa melihat surge” ungkap Cahyo.

Jadi siap berburu dan mengabadikan Sinar Surga? Datanglah ke Goa Jomblang.  

No comments:

Post a Comment