Monday, July 23, 2012

Mencumbu Wajah Baru Merapi

Puncak Merapi dengan background Gunung Merbabu

Siapa tak kenal Gunung Merapi? Semua kenal akan kegagahan dan juga keganasan Merapi. Gunung yang terletak di Magelang ini masih tercatat sebagai gunung teraktif di dunia ini selalu mengundang para pendaki untuk datang dan bercumbu dengan alam nya.

Pertama kali saya mendaki Merapi saat masih SMA.  Iseng saja pengen nyoba jalur Babadan, tapi bukan puncak yang kami dapat, justru pendakian berujung pada camping ceria. That’s was so fun camping ever! Kedua kalinya adalah tahun 2008. Bersama beberapa kawan kuliah saya untuk pertama kalinya mencicipi trek jalur Selo (2 jam dari Jogja) yang pendek tapi terjal. Dan yang terakhir kalinya adalah penghujung 2011 lalu bersama teman-teman dari Aruphadatu Garudasana.

(26/11)Kami mencoba trek baru! setelah letusan merapi 2010 lalu, ini kali pertama saya mendaki Merapi lagi. Kebetulan malam itu adalah malam 1 Muharam atau Suro. Warga setempat mengadakan upacara Sedekah Gunung. Upacara itu rutin di adakan oleh masyarakat setempat dengan harapan masyarakat akan menjadi aman, tentram, sejahtera dan panen yang melimpah sepanjang tahun. Di penghujung upacara, masyarakat menanam kepala kerbau di Pasar Bubrah. 

Sedekah Gunung; Warga membawa berarakan menuju Pasar Bubrah 
untuk menanam kepala kerbau 
Merapi mengalami banyak sekali perubahan di setiap lekuk tubuh sang Merapi pasca letusan 2010 lalu. Jalur lava yang muntah dari bibir Merapi membuat jalur merapi semakin kacau dan lumayan menyesatkan. Tapi semakin tinggi menapakinya, semakin besar rasa penasaran saya tentang perubahannya. Hingga 04.00 kami sampai di Pasar Bubrah. Dan benar saja, tenda-tenda tampak menghiasi Pasar Bubrah yang juga mengalami perubahan.

Pasar Bubrah adalah tanah lapang yang posisinya lebih rendah sehingga angin di tempat ini tidak terlalu kencang. sehingga para pendaki menjatuhkan pilihan mereka untuk mendirikan tenda di Pasar Bubrah. Pasar Bubrah setelah letusan menjadi lebih lapang. Pasar Bubrah yang dulu banyak sekali bebatuan sekarang diselimuti pasir. Di sini saya an teman-teman beristirahat sejenak sambil mengisi perut sebelum mendaki puncak. Sunrise pagi itu cantik sekali. Sambil ngopi dan menempa angin yang sangat kencang saya menikmati mentari pagi yang tampak malu sekali menampakkan parasnya keemasanya.

Pasar Bubrah 

Menuju Puncak 
Kawah baru Merapi

05.00 saya melanjutkan pendakian. Menurut perkiraan dari Pasar Bubrah sampai ke Puncak membutuhkan waktu 1 jam. Padahal Puncak Merapi sudah di depan mata. Tak sabar, saya langsung tancap gas. Tapi sayang, petugas-petugas BMKG berdiri di Pasar Bubrah dan memberikan instruksi kepada para pendaki yang masih di atas untuk segera turun. Mereka bilang, Merapi sedang “rewel” lagi. Saya pun tak mempedulikan instruksi petugas-petugas itu. Alasan saya, Merapi memang aktif normal dan tidak ada masalah. Akhirnya setelah bernegosiasi panjang lebar, teman saya mendapat ijin untuk naik tapi sebentar saja. that’s fine! Dan kami menyusuri punggungan Merapi yang separuh pertama adalah pasir dan sisanya adalah bebatuan. Gila! Ini seperti mencumbu pasir di Semeru sana. Naik 3 langkah dan merosot turunnya 1sampai 2 langkah!

1 jam persis kami sampai di Puncak. Saya takjub melihat bibir kawah yang ternyata sangat tipis. Teledor sedikit kita bisa matang masuk di kawah Merapi. Sangat mudah untuk melihat kawah beserta isinya. Kepulan belerang dan asap putih keluar dari dalam kawah. 


Di atas puncak 2.850 mdpl, saya bisa melihat cantiknya Merbabu yang di timpa cahaya mentari pagi. Mengajak saya untuk sejenak bersyukur akan kebaikan Tuhan yang masih memberikan kesempatan kepada saya untuk mencumbui alamnya, mengisi relung paru-paru dengan udara pagiNya yang sejuk, dan melangkah diantara pasir yang berbisik menyuarakan keagunganMu.

Pagi yang indah sekaligus menakjubkan menemani saya mencumbu wajah baru Gunung Merapi. Terimakasih Merapi! Kau sangat Memukau!

an Awesome Merapiii!!!




No comments:

Post a Comment